PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR
RUPIAH TERHADAP HARGA SAHAM PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK DI BURSA EFEK INDONESIA
(BEI)
A.
Latar Belakang
Pasar
modal merupakan tempat bertemunya antara lenders
yang sering disebut sebagai investor dengan borrowers
atau perusahaan yang membutuhkan dana atau merupakan tempat untuk melakukan
perdagangan sekuritas. Selain berperan sebagai tempat perdagangan saham, pasar
modal yang sekarang lebih dikenal sebagai Bursa Efek Indonesia juga berperan
sebagai pendorong pembentukan modal dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, diharapkan pasar modal juga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
suatu negara dengan kuantitas dan kualitas investasi.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara selalu diikuti oleh
pertumbuhan industri yang berada pada negara tersebut. Pertumbuhan industri ini
membutuhkan dana yang besar sehingga perusahaan industri harus mencari sumber
dana untuk memenuhi kebutuhannya. Salah
satu cara untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut adalah dengan go public atau menjual sekuritasnya
(saham) kepada masyarakat umum melalui pasar modal atau Bursa Efek Indonesia.
Cara ini merupakan cara yang paling mudah dan cepat untuk mendapatkan pendanaan
bila dibandingkan dengan cara lain seperti melakukan peminjaman terhadap bank.
Ada tiga tujuan utama dibentuknya pasar modal, antara lain : mempercepat proses
perluasan pengikutsertaan masyarakat melalui pasar modal, pemerataan pendapatan
bagi masyarakat dan meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap penghimpuan
dana secara produktif.
Pasar modal di Indonesia mengalami perkembangan yang
sangat pesat mengikuti perkembangan industri dan ekonomi, pemerintah memandang
bahwa pasar modal merupakan sarana yang efektif untuk mempercepat pembangunan.
Hal ini dikarenakan perkembangan pasar modal yang diikuti perkembangan
perekonomian masyarakat akan mengakibatkan lebih banyak dana yang didapatkan
masyarakat sehingga masyarakat akan memiliki kelebihan dana. Kelebihan dana ini
dapat dimanfaatkan untuk melakukan penanaman modal terhadap suatu perusahaan
yang membutuhkan pendanaan untuk perluasan industrinya.
Harga saham merupakan gambaran dari kegiatan pasar
modal secara umum dan merupakan informasi keberhasilan suatu perusahaan dalam
mengelola sumber daya perusahaannya. Sebelum melakukan investasi investor harus
memiliki informasi yang relevan untuk mengambil keputusan investasi seperti
faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dan memahami bagaimana pola
perilaku harga saham di Bursa Efek. Ada dua faktor yang mempengaruhi harga
saham di pasar modal, yaitu faktor fundamental mikro (faktor internal) dan
faktor fundamental makro (faktor eksternal). Faktor fundamental mikro seperti
kekayaan perusahaan, serta faktor fundamental makro yaitu laju inflasi, tingkat
suku bunga, nilai tukar terhadap mata uang asing dan volume perdagangan saham.
Namun dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah faktor fundamental makro
meliputi laju inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar terhadap mata uang asing
(kurs valuta asing).
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk
meneliti lebih lanjut pengaruh fundamental makro yaitu inflasi, suku bunga dan
nilai tukar rupiah terhadap harga saham PT. Astra International Tbk,.
B.
Identifikasi Masalah
Terdapat berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan dana
yang dialami oleh perusahaan, salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan keuangan
tersebut adalah dengan menjual saham perusahaan kepada masyarakat
(investor) melalui Bursa Efek
Indonesia. Sebelum berinvestasi investor harus mengamati harga saham dari
perusahaan yang akan ia pilih. Hal ini dikarenakan harga saham perusahaan
memperlihatkan keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang
dimilikinya, sehingga sangat berpengaruh terhadap profit yang diperoleh
perusahaan. Perolehan profit perusahaan menentukan dividen yang akan diperoleh
investor.
Harga saham perusahaan memiliki intensitas perubahan
yang sangat tinggi sehingga investor harus mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Ada dua faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu faktor
fundamental makro dan faktor fundamental mikro. Faktor fundamental makro
meliputi inflasi, tingkat suku bunga serta nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing.
C.
Batasan Masalah
Dalam penilitian ini peneliti memiliki keterbatasan
terkait waktu dan biaya untuk melakukan peneltian serta mengalami kesulitan
untuk mendapatkan data sehingga dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga
variabel independen yaitu inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah.
Serta hanya mengamati harga saham dari satu perusahaan sebagai variabel
dependennya.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah
terdapat pengaruh dari masing – masing variabel independen terhadap harga saham
PT. Astra International Tbk ?
2. Bagaimana
pengaruh dari masing – masing variabel independen terhadap harga saham PT. Astra
International Tbk ?
3. Bagaimana
pengaruh secara simultan dari ketiga variabel independen terhadap harga saham PT.
Astra International Tbk. ?
4. Seberapa
besarkah pengaruh dari masing – masing variabel independen terhadap harga saham
PT. Astra International Tbk. ?
5. Faktor
apa saja yang mempengaruhi perubahan harga saham PT. Astra International Tbk.
Selain ketiga variabel independen (inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar
rupiah) tersebut ?
E.
Tujuan Penelitian
Menganalisis pengaruh dari inflasi, tingkat suku
bunga serta nilai tukar rupiah terhadap harga saham PT. Astra International
Tbk, yang pada penelitian sebelumnya memberikan hasil yang berbeda – beda.
Mengetahui bagaimana pengaruh masing – masing variabel
independen terhadap harga saham dan menganalisa faktor – faktor lain yang
berpengaruh terhadap perubahan harga saham PT. Astra International Tbk di Bursa
Efek Indonesia. Serta sebagai tugas akhir dari mata kuliah metodologi
penelitian.
Mengetahui seberapa besar pengaruh
dari inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah terhadap perubahan
harga saham PT. Astra International Tbk. Serta untuk mengetahui variabel
independen yang paling dominan mempengaruhi harga saham PT. Astra International
Tbk, di Bursa Efek Indonesia.
F.
Manfaat Penelitian
Manfaat
dari penelitian ini antara lain :
1.
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang
pengaruh inflasi, tingkat suku bunga serta nilai tukar rupiah terhadap harga
saham PT. Astra International Tbk.
2.
Memberikan informasi kepada investor
atau pelaku pasar modal terkait perubahan harga saham sebagai reaksi dari
perubahan inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah.
3.
Memberikan pengembangan ilmu pengetahuan
dan menjadi pembanding untuk penelitian dimasa yang akan datang.
G.
Kajian Teori
Harga saham merupakan suatu acuan
bagi investor dalam pengambilan keputusan membeli atau menjual saham. Apabila
harga saham naik dan diprediksi harganya akan mengalami kenaikan yang tajam
maka investor akan segera membeli saham tersebut sebelum harganya naik menjadi
lebih tinggi. Sebaliknya, investor akan menjual sahamnya ketika harga telah mencapai
klimaks kenaikan harga saham karena setelah mencapai puncak kenaikan tersebut
biasanya harga saham akan turun.
Harga saham terbentuk dari
penawaran dan kekuatan permintaan terhadap saham tersebut. Apabila jumlah
permintaan naik maka harga saham lebih cenderung akan naik, sedangkan ketika
penawaran naik dan permintaan turun maka harga saham akan cenderung menurun
pula. Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran saham yang
berakibat naik atau turunnya harga saham sangatlah kompleks dan merupakan suatu
respon atas berbagai faktor yang ada di negara tesebut.
Bagi investor dan para pelaku lain
di pasar modal menganalisis perkembangan harga saham dan mengetahui faktor –
faktor yang mempengaruhinya sangatlah penting, karena sangat berkaitan dengan
keputusan yang akan diambil. Ada dua faktor yang mempengaruhi harga saham di
pasar modal, yaitu faktor fundamental mikro (faktor internal) dan faktor
fundamental makro (faktor eksternal). Faktor fundamental mikro seperti kekayaan
perusahaan, serta faktor fundamental makro yaitu laju inflasi, tingkat suku
bunga, nilai tukar terhadap mata uang asing dan volume perdagangan saham. Namun
dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah faktor fundamental makro
meliputi laju inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar terhadap mata uang
asing (kurs valuta asing).
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari
satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu
meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari
inflasi disebut deflasi. Semakin tinggi inflasi maka akan semakin turun nilai
rupiah. Laju
inflasi yang tinggi merupakan kendala bagi peusahaan karena dapat meningkatkan
biaya produksi. Hal ini disebabkan, untuk mendapatkan bahan baku perusahaan
harus mengeluarkan dana yang relatif lebih banyak. Kenaikan biaya produksi
menyebabkan naiknya harga barang produksi sehingga mempengaruhi pembelian yang
dilakukan oleh konsumen. Hal ini mengakibatkan berkurangnya return yang
diperoleh perusahaan. Perolehan return berdampak pada turunnya harga saham
perusahaan di pasar modal.
Suku bunga merupakan suatu harga
yang harus dibayar untuk menggunakan dana dari pihak lain dengan jangka waktu
tertentu. Suku bunga di Indonesia sangat terkait dengan suku bunga
internasional mengingat banyak perusahaan asing dan investor yang berasal dari
luar Indonesia serta adanya kebijakan nilai tukar rupiah atau mata uang yang
fleksibel.
Tingkat suku bunga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran akan uang di masyarakat atau di pasar uang. Perubahan
tingkat suku bunga sangat mempengaruhi investor dalam melakukan investasi
karena kenaikan atau penurunan harga saham tergantung dari tingkat suku bunga
pada saat itu. Apabila suku bunga mengalami kenaikan maka harga saham akan
turun dan begitu pula sebaliknya. Hal ini terjadi karena ketika suku bunga naik
maka laba perusahaan akan terpotong sehingga mengakibatkan harga saham akan
turun.
Nilai tukar rupiah atau kurs valuta
asing merupakan salah satu alat pengukuran yang menunjukkan kekuatan atau
kestabilan perekonomian dalam suatu negara. Nilai tukar rupiah menunjukkan
banyaknya nilai rupiah yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan satu nilai mata
uang asing atau dengan kata lain merupakan harga dari mata uang asing.
Nilai tukar rupiah dengan valuta
asing akan mempengaruhi harga saham emiten. Nilai tukar rupiah mempengaruhi
penjualan perusahaan terutama untuk perusahaan yang berorientasi pada bisnis
ekspor serta perusahaan yang memperoleh bahan baku impor. Turunnya nilai tukar
terhadap valuta asing berdampak berkurangnya laba perusahaan ekspor dan
meningkatkan biaya produksi pada perusahaan impor sehingga mempengaruhi harga
saham dan kinerja pasar modal.
H.
Tinjauan Pustaka
Harga
saham merupakan acuan bagi investor dalam mengambil keputusan membeli atau
keputusan menjual saham. Apabila harga suatu saham naik maka banyak investor
akan mengambil keputusan membeli saham sebelum harga akan naik lebih tajam.
Namun adapula investor yang mengambil keputusan untuk melakukan aksi profit
taking, karena investor menilai harga saham akan kembali menurun setelah
mencapai klimaks kenaikan harga sahamnya. Dengan demikian, hal ini merupakan
saat yang tepat bagi investor untuk mengkonversikan sahamnya dengan menjual
sahamnya disaat harga saham naik. Sebaliknya, apabila harga suatu saham turun
maka banyak investor yang akan mengambil keputusan untuk menjual saham sebelum
harga saham akan turun merosot lebih tajam. Adapula investor yang mengambil
keputusan untuk masuk ke pasar saham dan membeli saham karena menilai harga
saham akan naik kembali.
Harga
saham terbentuk dari kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran terhadap saham.
Apabila jumlah permintaan terhadap suatu saham naik sementara penawaran saham
diasumsikan tetap, maka harga suatu saham akan naik. Sebaliknya, apabila jumlah
permintaan terhadap suatu saham turun sementara penawaran saham diasumsikan
tetap, maka harga saham akan turun. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan
permintaan dan perubahan penawaran terhadap suatu saham akan menyebabkan
perubahan harga saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran
terhadap suatu saham sangatlah kompleks dan merupakan akumulasi dari berbagai
respon-respon yang terjadi baik berupa faktor ekonomi, faktor politik, faktor
sosial, dan sebagainya.
Bagi
investor menganalisis perkembangan suatu saham dan memperkirakan faktor-faktor
yang menjadi penyebab perubahan harga saham sangat penting. Hal ini terkait
dengan segala keputusan yang harus diambil investor terkait dengan modal atau
dana yang telah ditempatkan pada saham. Karena itu, perubahan yang terjadi pada
harga saham dan faktor-faktor penyebabnya akan sangat berpengaruh terhadap
besar kecilnya keuntungan yang akan diperoleh investor dan potensi kerugian
yang dapat terjadi bagi investor.
Faktor
ekonomi yang mempengaruhi pergerakan harga saham dari beberapa penelitian yang
ada antara lain dapat ditunjukkan oleh beberapa indikator-indikator ekonomi
yaitu inflasi, tingkat suku bunga BI rate dan nilai tukar valas terhadap
rupiah. Penelitian Mamik (2003) berusaha menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi pergerakan harga saham industri makanan dan minuman yang terdaftar
di BEI periode Januari 2002-Desember 2002 oleh faktor penduga variabel
fundamental mikro dan makro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penggerak
harga saham industri makanan dan minuman lebih banyak dijelaskan oleh faktor
fundamental mikro. Sementara faktor fundamental makro berupa variabel makroekonomi
yang diwakili oleh nilai kurs rupiah hanya mempengaruhi secara signifikan
terhadap pergerakan harga saham industri makanan. Kurs rupiah tidak mempengaruhi
harga saham secara signifikan pada industri minuman.
Penelitian
yang dilakukan Wiwoho (2005) yang menganalisis mengenai pengaruh faktor
fundamental dan kondisi makroekonomi terhadap indeks harga saham sektor
manufaktur periode tahun Juli 1997- Mei 2002 menunjukkan bahwa variabel pada
fundamental mikro lebih besar mempengaruhi perubahan harga saham sektor
manufaktur seperti variabel PBV (price to book value) dan variabel DER (debt
to equity ratio) dibandingkan variabel makroekonomi seperti variabel suku
bunga, inflasi dan kurs US dolar. Walaupun ketiga variabel makroekonomi memiliki
pengaruh yang tidak lebih besar dibandingkan dengan variabelfundamental, ketiga
variabel ini secara parsial dan signifikan mempengaruhi harga saham sektor
manufaktur.
Penelitian
lain yang meneliti pengaruh variabel makroekonomi terhadap suatu saham yaitu
penelitian Wijaya (2008) yang menganalisis mengenai pengaruh faktor-faktor
makroekonomi dan return indeks harga saham gabungan terhadap return saham
sektor pertanian dan pertambangan periode Januari 2004 Juni 2007. Dalam
penelitian tersebut, dijelaskan bahwa return indeks harga saham sektor
pertanian secara signifikan dipengaruhi oleh nilai return indeks harga saham
gabungan tetapi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel makro
ekonomi melalui indikator inflasi, return kurs, dan return suku
bunga Bank Indonesia. Sementara return indeks harga saham sektor
pertambangan secara signifikan dipengaruhi oleh return indeks harga
saham gabungan, return kurs, dan return suku bunga Bank Indonesia
dan hanya tingkat inflasi yang tidak memiliki pengaruh secara nyata dan
signifikan terhadap return indeks harga saham sektor pertambangan.
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2008) berbeda dengan hasil penelitian lain
yang dilakukan oleh Erdina (2006) yang juga menduga kemampuan dari suku bunga,
inflasi, kurs US dolar dan beberapa variabel lain seperti indeks harga saham
pertanian, suku bunga Amerika Serikat, indeks perdagangan pertanian, permintaan
saham dalam menjelaskan keragaman dari model indeks harga saham pertanian.
Dimana hasilnya menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut dapat menjelaskan
model sebanyak 87,56 persen sementara sisanya diterangkan oleh faktor lain
diluar model. Artinya variabel-variabel tersebut termasuk variabel tingkat suku
bunga Bank Indonesia, inflasi dan kurs US dolar secara signifikan mempengaruhi
indeks harga saham sektor pertanian.
Penelitian
Hardiningsih dan Chairiri (2002), diacu dalam Fuadi (2009) yang mencoba menduga
pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar terhadap return saham pada
sektor industri dasar dan kimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar
rupiah terhadap US dolar berpengaruh negatif terhadap return harga
saham. Hal ini dapat dipertegas dengan adanya kondisi krisis moneter yang terjadi
pada tahun 1997, dimana depresiasi rupiah yang tinggi mengakibatkan return saham
menurun. Namun, hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Utami dan Rahayu (2003), diacu dalam Fuadi (2009) yang menyatakan
bahwa nilai tukar rupiah terhadap US dolar berpengaruh positif terhadap return
saham pada pasar modal Indonesia.
Beberapa
penelitian lain yang meneliti resiko investasi pada saham sektor agribisnis
sehingga hal ini berdampak pada ketidakpastian tingkat keuntungan dan mempengaruhi
terhadap perubahan harga saham, dapat ditunjukkan oleh penelitian Ramadhona
(2004), Iskandar (2006) dan Rozak (2009). Dengan menerapkan model Arch-Garch
terhadap penentuan besar resiko menyimpulkan bahwa saham INDF memiliki tingkat
resiko tertinggi sementara AALI dinilai memiliki tingkat resiko terendah
(Ramadhona 2004).
Pada
penelitian yang dilakukan oleh Iskandar (2006) menyimpulkan bahwa tingkat
resiko harga pada saham GGRM dipengaruhi oleh besarnya nilai sisaan pengembalian
sehari sebelumnya. Pada saham HMSP dan RMBA, tingkat resiko lebih banyak
dipengaruhi oleh besarnya nilai sisaan pengembalian sehari sebelumnya dan
besaran simpangan baku pengembalian dari rataan untuk satu hari sebelumnya
(Iskandar 2006). Sementara, pada penelitian yang dilakukan oleh Rozak (2009)
yang meneliti resiko dan peramalan harga saham AALI, LSIP dan UNSP menyimpulkan
bahwa tingkat resiko harian dari AALI paling kecil jika dibandingkan dengan
tingkat resiko harian pada LSIP dan UNSP. Dengan karakteristik perilaku
investor risk averter, maka kecenderungan investor untuk tertarik pada
saham AALI lebih besar dibandingkan dengan saham LSIP dan UNSP.
Manung
(1996), diacu dalam Syaifuddin (2005) meneliti mengenai pengaruh variabel
makroekonomi terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) dengan menggunakan
model ekonometrik dari tahun 1989-1995 (77 observasi), hasilnya tingkat suku
bunga dan kurs US dolar berpengaruh negatif dan signifikan serta inflasi
berpengaruh positif dan tidak signifikan. Direja (2004) meneliti mengenai
pengaruh variabel makroekonomi terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) dari
Mei 1998-Maret 2004 (secara triwulan), hasilnya menunjukkan tingkat suku bunga
dan kurs US dolar berpengaruh negatif dan signifikan sedangkan inflasi tidak
memiliki pengaruh secara signifikan.
Sakhowi
(2004), diacu dalam Hadjiji (2008) menganalisis mengenai bagaimana pengaruh
kurs rupiah terhadap US dolar, inflasi, dan tingkat suku bunga terhadap kinerja
saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan model autoregresif, hasilnya
kurs dan inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja saham sedangkan
tingkat suku bunga riil tidak berpengaruh terhadap kinerja saham. Syaifuddin
(2005) menganalisis mengenai pengaruh perubahan suku bunga, inflasi, dan kurs
terhadap perubahan indeks harga saham gabungan dengan metode analisis
deskriptif dan analisis regresi linier berganda dan hasilnya hanya kurs US
dolar yang berpengaruh signifikan.
Hadjiji
(2008) juga meneliti mengenai bagaimana pengaruh tingkat suku bunga Bank
Indonesia, inflasi, dan kurs US dolar terhadap indeks harga saham gabungan
(IHSG) dan hasil yang diperoleh adalah variabel kurs us dolar saja yang memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan sedangkan
tingkat suku bunga Bank Indonesia dan inflasi walaupun memiliki pengaruh
negatif terhadap indeks harga saham gabungan tetapi tidak signifikan.
I.
Kerangka Pikir
Harga saham dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor internal (fundamental mikro) dan faktor eksternal (fundamental makro).
Faktor eksternal atau fundamental makro meliputi laju inflasi, tingkat suku
bunga, nilai tukar terhadap mata uang asing (valuta asing) serta volume
perdagangan saham.
Inflasi merupakan salah satu variabel makroekonomi
yang menguntungkan dan sekaligus dapat merugikan. Laju inflasi yang tinggi
merupakan kendala bagi peusahaan karena meningkatkan biaya produksi. Kenaikan
biaya produksi menyebabkan naiknya harga barang produksi sehingga mempengaruhi
pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Hal ini mengakibatkan berkurangnya
return yang diperoleh perusahaan. Perolehan return berdampak pada turunnya
harga saham perusahaan di pasar modal.
Tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan dan
penawaran akan uang di masyarakat atau di pasar uang. Perubahan tingkat suku
bunga sangat mempengaruhi investor dalam melakukan investasi karena kenaikan
atau penurunan harga saham tergantung dari tingkat suku bunga pada saat itu.
Apabila suku bunga mengalami kenaikan maka harga saham akan turun dan begitu
pula sebaliknya. Hal ini terjadi karena ketika suku bunga naik maka laba
perusahaan akan terpotong sehingga mengakibatkan harga saham akan turun.
Nilai tukar rupiah dengan valuta asing akan
mempengaruhi harga saham emiten. Nilai tukar rupiah mempengaruhi penjualan
perusahaan terutama untuk perusahaan yang berorientasi pada bisnis ekspor serta
perusahaan yang memperoleh bahan baku impor. Turunnya nilai tukar terhadap
valuta asing berdampak berkurangnya laba perusahaan ekspor dan meningkatkan
biaya produksi pada perusahaan impor sehingga mempengaruhi harga saham dan
kinerja pasar modal.
![]() ![]() |
![]() ![]() ![]() ![]()
H2
H3
|
|
|
||
Suku
Bunga (X2)
|
![]() ![]() |
|
|
![]() |
|
Nilai
Tukar (X3)
|


![]() |
Gambar 1.1
Diagram Skematis
Kerangka Teoritis
J.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan pernyataan
peneliti tentang hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian, serta
merupakan pernyataan yang paling spesifik (Mudrajad Kuncoro : 2010).
Berdasarkan paparan kerangka teoritis di atas disusun hipotesis sebagai
berikut:
1.
H1 = Inflasi berpengaruh terhadap harga
saham.
2.
H2 = Suku bunga berpengaruh terhadap
harga saham.
3.
H3 = Nilai tukar rupiah berpengaruh
terhadap harga saham.
4.
H4 = Inflasi, suku bunga dan nilai tukar
secara simultan berpengaruh terhadap harga saham.
K.
Desain Penelitian
Desain penlitian merupakan rencana
dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil riset atau
penelitian sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efisien dan efektif
(Jogiyanto : 2010).
Dalam melakukan penelitian harus menentukan
karakteristik-karakteristik dari riset yang dilakukan. Karakteristik - karakteristik
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Jenis
Penelitian
Jenis
dari penelitian ini adalah pengujian hipotesis yang bertujuan untuk untuk
mengetahui kejelasan hubungan (kausal) dari variabel dependen (harga saham)
dengan variabel independen (inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar
rupiah).
2.
Pengendalian
Variabel
Penelitian
ini termasuk penelitian dengan pengendalian variabel desain ex post facto karena peneliti hanya melaporkan
hal-hal sesuai dengan kenyataan yang terjadi.
3.
Dimensi
Waktu
Dimensi
waktu yang digunakan oleh penelitian ini menggunakan dimensi waktu panel data atau pooled data yang merupakan gabungan dari dua dimensi waktu yaitu cross section dan time series.
4.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
penilitian ini adalah untuk mendapatkan generalisasi
yang tinggi (studi statisktik) atas suatu kejadian.
5.
Metode
Pengumpulan Data
Penelitian
ini menggunakan data sekunder yang diperoleh secara tidak langsung dengan
teknik pengumpulan data dokumentasi.
6.
Lingkungan
Penelitian
Lingkungan
penelitian ini adalah lingkungan noncontrived
setting, yaitu lingkungan riil atau
nyata (setting field). Lingkungan
penelitian ini antara lain Bursa Efek Indonesia, Badan Pusat Statistik serta
Bank Indonesia.
7.
Bentuk
Model Empiris
Bentuk
penelitian empiris penelitian ini adalah menggunakan model regresi karena
penelitian ini hanya menggunakan satu variabel dependen. Sedangkan klasifikasi
nilai data diklasifikasikan sebagai data metrik (metric). Data penelitian ini adalah data kuantitatif dengan tipe
skala rasio. Adapun bentuk atau persamaan regresi tersebut adalah sebagai
berikut:
Y1 =
X1 + X2 + X3 + ..... + Xn
8.
Variabel
Di Model Empiris
Variabel
model empiris penelitian ini adalah model kausal yaitu untuk mengetahui
kejelalasan hubungan antar variabel.
9.
Pengukuran
Menurut
Jogiyanto pengukuran (measurement) adalah
pemberian nilai properti dari suatu objek. Pengukuran memberikan nilai - nilai
dari elemen atau variabel dengan menggunakan skala. Adapun variabel-variabel
dalam penelitian adalah variabel dependen yaitu harga saham serta variabel
independen yaitu inflasi, tingkat suku bunga serta nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing.
10. Skala
Skala
adalah suatu alat atau mekanisme yang dapat digunakan untuk membedakan
individual-individual ke dalam variabel-variabel yang akan digunakan dalam
penelitian (Jogiyanto : 2010). Penelitian kausal ini menggunakan skala rasio.
Skala rasio bernilai klasifikasi, order, distance
(berjarak) dan memiliki nilai awal (origin).
L.
Tempat dan Waktu Penelitian
Data dalam penelitian ini diperoleh
dari instansi-instansi terkait seperti Bursa Efek
Indonesia (BEI), Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia dengan melalui
media internet. Waktu pengambilan data penelitian ini selama 5 tahun yaitu pada
tahun 2009 sampai tahun 2012.
M.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang
biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian di mana kita tertarik
untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2001). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2008 sampai dengan
tahun 2012. Alasan mengambil populasi perusahaan otomotif karena saham
perusahaan tersebut aktif diperdagangkan serta liquid. Sedangkan perusahaan
otomotif yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah PT. Astra
International Tbk,.
Sampel adalah suatu himpunan bantuan (subset) dari unit populasi (Kuncoro,
2001). Pengambilan sampel penelitian ini dengan menggunakan desain sampel nonprobabilitas yaitu dengan metode purposive sampling (Judgement sampling).
Purposive sampling merupakan metode penetapan sampel dengan
kriteria-kriteria tertentu. Sedangkan judgement
sampling adalah salah satu jenis teknik pengambilan sampel purposive sampling selain quota sampling di mana peneliti memilih
sampel berdasarkan penilaian terhadap beberapa karakeristik anggota sampel yang
disesuaikan dengan maksud penelitian.
Perusahaan yang menjadi sampel dalam populasi
perusahaan otomotif yaitu PT. Astra International Tbk, yang sahamnya aktif
diperjualbelikan serta saham tersebut liquid. Peneliti memilih sampel
perusahaan tersebut karena telah memenuhi kriteria pengambilan keputusan
terhadap populasi untuk menjadi sampel. Kriteria tersebut, antara lain:
a.
Perusahaan PT. Astra International Tbk, terdaftar sahamnya di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
b.
Sahamnya aktif diperjual belikan di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2012 serta liquid.
N.
Variabel Penelitian
1.
Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi variabel lain. Varibel independen dalam penelitian
ini antara lain inflasi, tingkat suku bunga serta nilai tukar rupiah.
Inflasi adalah tingkat kenaikan harga barang secara
umum yang terjadi secara terus-menerus. Tingkat inflasi yang digunakan adalah
tingkat inflasi yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang diambil
secara bulanan.
Suku bunga dalam penelitian ini menggunakan suku
bunga Bank Indonesia (SBI) dengan jangka waktu satu bulanan yang dikeluarkan
dan dipublikasikan oleh Bank Indonesia.
Nilai tukar yang digunakan adalah nilai tukar rupiah
terhadap US Dollar di Bank Indonesia secara periodik 1 bulanan. US Dollar
digunakan dalam penelitian karena US Dollar menjadi acuan nilai tukar rupiah
dan banyak digunakan sebagai alat transaksi dengan negara lain seperti
digunakan untuk ekspor atau impor serta membayar hutang dan lain sebagainya.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel lain. Variabel dependen menjadi perhatian utama dalam sebuah
pengamatan. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah harga saham perusahaan otomotif terbuka yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2008 sampai tahun 2012. Harga saham
perusahaan otomotif dalam penelitian ini adalah harga saham PT. Astra
International Tbk,. Harga saham dihitung dari harga saham penutupan (closing price) pada setiap akhir bulan.
O.
Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder kuantitatif
yang berasal dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), pojok Bursa Efek
Indonesia (BEI) serta Bank Indonesia selama periode tahun 2008 sampai 2012.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara
dokumentasi dari berbagai macam sumber.
Pengambilan data harga saham dilakukan di pojok
BEI (www.idx.go.id),
serta situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id)
untuk data kurs, suku bunga, dan data inflasi
diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS).
P.
Instrumen Penelitian
1. Uji validitas
Validitas
menunjukkan ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya
sebagai alat ukur. Pengukuran dikatakan valid apabila mampu mengukur tujuannya
dengan nyata atau benar. Untuk menguji validitas data digunakan aplikasi SPSS 17 for windows. Dengan aplikasi ini
data diolah kemudian dapat diperoleh kesimpulan dari hasil olahan data
tersebut. Data dikatakan valid apabila memiliki r hasil dari data positif serta memiliki nilai yang lebih besar
dari r tabel.
2. Uji Realibilitas
Realibilitas
menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurannya. Realibilitas berhubungan
dengan akurasi dan konsistensi pengukur. Suatu pengukur dapat dikatakan valid
apabila dapat dipercaya. Oleh karena itu, pengukur dapat dipercaya apabila
hasil pengukuran akurat dan konsisten. Untuk menguji realibilitas digunakan aplikasi
SPPSS 17 for windows. Suatu data
reliabel apabila memiliki nilai cronbach
alpha lebih besar dari 0,6.
Q.
Analisis Data
1.
Pengujian Hipotesis
Dalam
penelitian pengujian hipotesis ini hipotesis alternatif diterima apabila
memiliki tingkat signifikasi lebih kecil dari 0,01 karena menggunakan tingkat
kepercayaan (confidence coefficient) 99%.
Pengujiannya menggunakan nilai uji kritis dua sisi atau dua ekor (two tail). Dikareanakan dalam
penelitian ini peneliti belum mengetahui dengan pasti arah dari hubungan antar
variabel yang diteliti. Pengujian kausal ini menggunakan teknik pengujian
pengaruh multivariat karena penelitian ini menggunakan banyak variabel
independen (3 variabel independen).
DAFTAR
PUSTAKA
-
Jogiyanto. (2013). Medologi Penelitian
Bisnis. Edisi ke-6. Yogyakarta : BPFE.
-
Mudrajad Kuncoro. (2010). Metode Riset
untuk Bisnis dan Ekonomi : bagaimana meneliti dan menulis tesis ?. Jakarta :
Erlangga.
-
Jogiyanto. (2008).
Teori Portofolio dan Analisis Investasi.
Yogyakarta : BPFE.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar