Selasa, 20 Juni 2017

PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP HARGA SAHAM PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

PENGARUH  INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP HARGA SAHAM PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

A. Latar Belakang
          Pasar modal merupakan tempat bertemunya antara lenders yang sering disebut sebagai investor dengan borrowers atau perusahaan yang membutuhkan dana atau merupakan tempat untuk melakukan perdagangan sekuritas. Selain berperan sebagai tempat perdagangan saham, pasar modal yang sekarang lebih dikenal sebagai Bursa Efek Indonesia juga berperan sebagai pendorong pembentukan modal dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, diharapkan pasar modal juga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara dengan kuantitas dan kualitas investasi.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara selalu diikuti oleh pertumbuhan industri yang berada pada negara tersebut. Pertumbuhan industri ini membutuhkan dana yang besar sehingga perusahaan industri harus mencari sumber dana  untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut adalah dengan go public atau menjual sekuritasnya (saham) kepada masyarakat umum melalui pasar modal atau Bursa Efek Indonesia. Cara ini merupakan cara yang paling mudah dan cepat untuk mendapatkan pendanaan bila dibandingkan dengan cara lain seperti melakukan peminjaman terhadap bank. Ada tiga tujuan utama dibentuknya pasar modal, antara lain : mempercepat proses perluasan pengikutsertaan masyarakat melalui pasar modal, pemerataan pendapatan bagi masyarakat dan meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap penghimpuan dana secara produktif.
Pasar modal di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat mengikuti perkembangan industri dan ekonomi, pemerintah memandang bahwa pasar modal merupakan sarana yang efektif untuk mempercepat pembangunan. Hal ini dikarenakan perkembangan pasar modal yang diikuti perkembangan perekonomian masyarakat akan mengakibatkan lebih banyak dana yang didapatkan masyarakat sehingga masyarakat akan memiliki kelebihan dana. Kelebihan dana ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan penanaman modal terhadap suatu perusahaan yang membutuhkan pendanaan untuk perluasan industrinya.
Harga saham merupakan gambaran dari kegiatan pasar modal secara umum dan merupakan informasi keberhasilan suatu perusahaan dalam mengelola sumber daya perusahaannya. Sebelum melakukan investasi investor harus memiliki informasi yang relevan untuk mengambil keputusan investasi seperti faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dan memahami bagaimana pola perilaku harga saham di Bursa Efek. Ada dua faktor yang mempengaruhi harga saham di pasar modal, yaitu faktor fundamental mikro (faktor internal) dan faktor fundamental makro (faktor eksternal). Faktor fundamental mikro seperti kekayaan perusahaan, serta faktor fundamental makro yaitu laju inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar terhadap mata uang asing dan volume perdagangan saham. Namun dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah faktor fundamental makro meliputi laju inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar terhadap mata uang asing (kurs valuta asing).
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut pengaruh fundamental makro yaitu inflasi, suku bunga dan nilai tukar rupiah terhadap harga saham PT. Astra International Tbk,.

B. Identifikasi Masalah
Terdapat berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan dana yang dialami oleh perusahaan, salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan keuangan tersebut adalah dengan menjual saham perusahaan kepada masyarakat (investor)   melalui Bursa Efek Indonesia. Sebelum berinvestasi investor harus mengamati harga saham dari perusahaan yang akan ia pilih. Hal ini dikarenakan harga saham perusahaan memperlihatkan keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya, sehingga sangat berpengaruh terhadap profit yang diperoleh perusahaan. Perolehan profit perusahaan menentukan dividen yang akan diperoleh investor.
Harga saham perusahaan memiliki intensitas perubahan yang sangat tinggi sehingga investor harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ada dua faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu faktor fundamental makro dan faktor fundamental mikro. Faktor fundamental makro meliputi inflasi, tingkat suku bunga serta nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

C. Batasan Masalah
Dalam penilitian ini peneliti memiliki keterbatasan terkait waktu dan biaya untuk melakukan peneltian serta mengalami kesulitan untuk mendapatkan data sehingga dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independen yaitu inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah. Serta hanya mengamati harga saham dari satu perusahaan sebagai variabel dependennya.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1.    Apakah terdapat pengaruh dari masing – masing variabel independen terhadap harga saham  PT. Astra International Tbk ?
2.    Bagaimana pengaruh dari masing – masing variabel independen terhadap harga saham PT. Astra International Tbk ?
3.    Bagaimana pengaruh secara simultan dari ketiga variabel independen terhadap harga saham PT. Astra International Tbk. ?
4.    Seberapa besarkah pengaruh dari masing – masing variabel independen terhadap harga saham PT. Astra International Tbk. ?
5.    Faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan harga saham PT. Astra International Tbk. Selain ketiga variabel independen (inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah) tersebut ?


E. Tujuan Penelitian
Menganalisis pengaruh dari inflasi, tingkat suku bunga serta nilai tukar rupiah terhadap harga saham PT. Astra International Tbk, yang pada penelitian sebelumnya memberikan hasil yang berbeda – beda.
Mengetahui bagaimana pengaruh masing – masing variabel independen terhadap harga saham dan menganalisa faktor – faktor lain yang berpengaruh terhadap perubahan harga saham PT. Astra International Tbk di Bursa Efek Indonesia. Serta sebagai tugas akhir dari mata kuliah metodologi penelitian.
Mengetahui seberapa besar pengaruh dari inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah terhadap perubahan harga saham PT. Astra International Tbk. Serta untuk mengetahui variabel independen yang paling dominan mempengaruhi harga saham PT. Astra International Tbk, di Bursa Efek Indonesia.

F. Manfaat Penelitian
            Manfaat dari penelitian ini antara lain :
1.      Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh inflasi, tingkat suku bunga serta nilai tukar rupiah terhadap harga saham PT. Astra International Tbk.
2.      Memberikan informasi kepada investor atau pelaku pasar modal terkait perubahan harga saham sebagai reaksi dari perubahan inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah.
3.      Memberikan pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi pembanding untuk penelitian dimasa yang akan datang.

G. Kajian Teori
Harga saham merupakan suatu acuan bagi investor dalam pengambilan keputusan membeli atau menjual saham. Apabila harga saham naik dan diprediksi harganya akan mengalami kenaikan yang tajam maka investor akan segera membeli saham tersebut sebelum harganya naik menjadi lebih tinggi. Sebaliknya, investor akan menjual sahamnya ketika harga telah mencapai klimaks kenaikan harga saham karena setelah mencapai puncak kenaikan tersebut biasanya harga saham akan turun.
Harga saham terbentuk dari penawaran dan kekuatan permintaan terhadap saham tersebut. Apabila jumlah permintaan naik maka harga saham lebih cenderung akan naik, sedangkan ketika penawaran naik dan permintaan turun maka harga saham akan cenderung menurun pula. Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran saham yang berakibat naik atau turunnya harga saham sangatlah kompleks dan merupakan suatu respon atas berbagai faktor yang ada di negara tesebut.
Bagi investor dan para pelaku lain di pasar modal menganalisis perkembangan harga saham dan mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhinya sangatlah penting, karena sangat berkaitan dengan keputusan yang akan diambil. Ada dua faktor yang mempengaruhi harga saham di pasar modal, yaitu faktor fundamental mikro (faktor internal) dan faktor fundamental makro (faktor eksternal). Faktor fundamental mikro seperti kekayaan perusahaan, serta faktor fundamental makro yaitu laju inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar terhadap mata uang asing dan volume perdagangan saham. Namun dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah faktor fundamental makro meliputi laju inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar terhadap mata uang asing (kurs valuta asing).
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Semakin tinggi inflasi maka akan semakin turun nilai rupiah. Laju inflasi yang tinggi merupakan kendala bagi peusahaan karena dapat meningkatkan biaya produksi. Hal ini disebabkan, untuk mendapatkan bahan baku perusahaan harus mengeluarkan dana yang relatif lebih banyak. Kenaikan biaya produksi menyebabkan naiknya harga barang produksi sehingga mempengaruhi pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Hal ini mengakibatkan berkurangnya return yang diperoleh perusahaan. Perolehan return berdampak pada turunnya harga saham perusahaan di pasar modal.
Suku bunga merupakan suatu harga yang harus dibayar untuk menggunakan dana dari pihak lain dengan jangka waktu tertentu. Suku bunga di Indonesia sangat terkait dengan suku bunga internasional mengingat banyak perusahaan asing dan investor yang berasal dari luar Indonesia serta adanya kebijakan nilai tukar rupiah atau mata uang yang fleksibel.
Tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang di masyarakat atau di pasar uang. Perubahan tingkat suku bunga sangat mempengaruhi investor dalam melakukan investasi karena kenaikan atau penurunan harga saham tergantung dari tingkat suku bunga pada saat itu. Apabila suku bunga mengalami kenaikan maka harga saham akan turun dan begitu pula sebaliknya. Hal ini terjadi karena ketika suku bunga naik maka laba perusahaan akan terpotong sehingga mengakibatkan harga saham akan turun.
Nilai tukar rupiah atau kurs valuta asing merupakan salah satu alat pengukuran yang menunjukkan kekuatan atau kestabilan perekonomian dalam suatu negara. Nilai tukar rupiah menunjukkan banyaknya nilai rupiah yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan satu nilai mata uang asing atau dengan kata lain merupakan harga dari mata uang asing.
Nilai tukar rupiah dengan valuta asing akan mempengaruhi harga saham emiten. Nilai tukar rupiah mempengaruhi penjualan perusahaan terutama untuk perusahaan yang berorientasi pada bisnis ekspor serta perusahaan yang memperoleh bahan baku impor. Turunnya nilai tukar terhadap valuta asing berdampak berkurangnya laba perusahaan ekspor dan meningkatkan biaya produksi pada perusahaan impor sehingga mempengaruhi harga saham dan kinerja pasar modal.

H. Tinjauan Pustaka
Harga saham merupakan acuan bagi investor dalam mengambil keputusan membeli atau keputusan menjual saham. Apabila harga suatu saham naik maka banyak investor akan mengambil keputusan membeli saham sebelum harga akan naik lebih tajam. Namun adapula investor yang mengambil keputusan untuk melakukan aksi profit taking, karena investor menilai harga saham akan kembali menurun setelah mencapai klimaks kenaikan harga sahamnya. Dengan demikian, hal ini merupakan saat yang tepat bagi investor untuk mengkonversikan sahamnya dengan menjual sahamnya disaat harga saham naik. Sebaliknya, apabila harga suatu saham turun maka banyak investor yang akan mengambil keputusan untuk menjual saham sebelum harga saham akan turun merosot lebih tajam. Adapula investor yang mengambil keputusan untuk masuk ke pasar saham dan membeli saham karena menilai harga saham akan naik kembali.
Harga saham terbentuk dari kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran terhadap saham. Apabila jumlah permintaan terhadap suatu saham naik sementara penawaran saham diasumsikan tetap, maka harga suatu saham akan naik. Sebaliknya, apabila jumlah permintaan terhadap suatu saham turun sementara penawaran saham diasumsikan tetap, maka harga saham akan turun. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan permintaan dan perubahan penawaran terhadap suatu saham akan menyebabkan perubahan harga saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap suatu saham sangatlah kompleks dan merupakan akumulasi dari berbagai respon-respon yang terjadi baik berupa faktor ekonomi, faktor politik, faktor sosial, dan sebagainya.
Bagi investor menganalisis perkembangan suatu saham dan memperkirakan faktor-faktor yang menjadi penyebab perubahan harga saham sangat penting. Hal ini terkait dengan segala keputusan yang harus diambil investor terkait dengan modal atau dana yang telah ditempatkan pada saham. Karena itu, perubahan yang terjadi pada harga saham dan faktor-faktor penyebabnya akan sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya keuntungan yang akan diperoleh investor dan potensi kerugian yang dapat terjadi bagi investor.
Faktor ekonomi yang mempengaruhi pergerakan harga saham dari beberapa penelitian yang ada antara lain dapat ditunjukkan oleh beberapa indikator-indikator ekonomi yaitu inflasi, tingkat suku bunga BI rate dan nilai tukar valas terhadap rupiah. Penelitian Mamik (2003) berusaha menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode Januari 2002-Desember 2002 oleh faktor penduga variabel fundamental mikro dan makro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penggerak harga saham industri makanan dan minuman lebih banyak dijelaskan oleh faktor fundamental mikro. Sementara faktor fundamental makro berupa variabel makroekonomi yang diwakili oleh nilai kurs rupiah hanya mempengaruhi secara signifikan terhadap pergerakan harga saham industri makanan. Kurs rupiah tidak mempengaruhi harga saham secara signifikan pada industri minuman.
Penelitian yang dilakukan Wiwoho (2005) yang menganalisis mengenai pengaruh faktor fundamental dan kondisi makroekonomi terhadap indeks harga saham sektor manufaktur periode tahun Juli 1997- Mei 2002 menunjukkan bahwa variabel pada fundamental mikro lebih besar mempengaruhi perubahan harga saham sektor manufaktur seperti variabel PBV (price to book value) dan variabel DER (debt to equity ratio) dibandingkan variabel makroekonomi seperti variabel suku bunga, inflasi dan kurs US dolar. Walaupun ketiga variabel makroekonomi memiliki pengaruh yang tidak lebih besar dibandingkan dengan variabelfundamental, ketiga variabel ini secara parsial dan signifikan mempengaruhi harga saham sektor manufaktur.
Penelitian lain yang meneliti pengaruh variabel makroekonomi terhadap suatu saham yaitu penelitian Wijaya (2008) yang menganalisis mengenai pengaruh faktor-faktor makroekonomi dan return indeks harga saham gabungan terhadap return saham sektor pertanian dan pertambangan periode Januari 2004 Juni 2007. Dalam penelitian tersebut, dijelaskan bahwa return indeks harga saham sektor pertanian secara signifikan dipengaruhi oleh nilai return indeks harga saham gabungan tetapi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel makro ekonomi melalui indikator inflasi, return kurs, dan return suku bunga Bank Indonesia. Sementara return indeks harga saham sektor pertambangan secara signifikan dipengaruhi oleh return indeks harga saham gabungan, return kurs, dan return suku bunga Bank Indonesia dan hanya tingkat inflasi yang tidak memiliki pengaruh secara nyata dan signifikan terhadap return indeks harga saham sektor pertambangan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2008) berbeda dengan hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Erdina (2006) yang juga menduga kemampuan dari suku bunga, inflasi, kurs US dolar dan beberapa variabel lain seperti indeks harga saham pertanian, suku bunga Amerika Serikat, indeks perdagangan pertanian, permintaan saham dalam menjelaskan keragaman dari model indeks harga saham pertanian. Dimana hasilnya menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut dapat menjelaskan model sebanyak 87,56 persen sementara sisanya diterangkan oleh faktor lain diluar model. Artinya variabel-variabel tersebut termasuk variabel tingkat suku bunga Bank Indonesia, inflasi dan kurs US dolar secara signifikan mempengaruhi indeks harga saham sektor pertanian.
Penelitian Hardiningsih dan Chairiri (2002), diacu dalam Fuadi (2009) yang mencoba menduga pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar terhadap return saham pada sektor industri dasar dan kimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap US dolar berpengaruh negatif terhadap return harga saham. Hal ini dapat dipertegas dengan adanya kondisi krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997, dimana depresiasi rupiah yang tinggi mengakibatkan return saham menurun. Namun, hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Rahayu (2003), diacu dalam Fuadi (2009) yang menyatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap US dolar berpengaruh positif terhadap return saham pada pasar modal Indonesia.
Beberapa penelitian lain yang meneliti resiko investasi pada saham sektor agribisnis sehingga hal ini berdampak pada ketidakpastian tingkat keuntungan dan mempengaruhi terhadap perubahan harga saham, dapat ditunjukkan oleh penelitian Ramadhona (2004), Iskandar (2006) dan Rozak (2009). Dengan menerapkan model Arch-Garch terhadap penentuan besar resiko menyimpulkan bahwa saham INDF memiliki tingkat resiko tertinggi sementara AALI dinilai memiliki tingkat resiko terendah (Ramadhona 2004).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Iskandar (2006) menyimpulkan bahwa tingkat resiko harga pada saham GGRM dipengaruhi oleh besarnya nilai sisaan pengembalian sehari sebelumnya. Pada saham HMSP dan RMBA, tingkat resiko lebih banyak dipengaruhi oleh besarnya nilai sisaan pengembalian sehari sebelumnya dan besaran simpangan baku pengembalian dari rataan untuk satu hari sebelumnya (Iskandar 2006). Sementara, pada penelitian yang dilakukan oleh Rozak (2009) yang meneliti resiko dan peramalan harga saham AALI, LSIP dan UNSP menyimpulkan bahwa tingkat resiko harian dari AALI paling kecil jika dibandingkan dengan tingkat resiko harian pada LSIP dan UNSP. Dengan karakteristik perilaku investor risk averter, maka kecenderungan investor untuk tertarik pada saham AALI lebih besar dibandingkan dengan saham LSIP dan UNSP.
Manung (1996), diacu dalam Syaifuddin (2005) meneliti mengenai pengaruh variabel makroekonomi terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) dengan menggunakan model ekonometrik dari tahun 1989-1995 (77 observasi), hasilnya tingkat suku bunga dan kurs US dolar berpengaruh negatif dan signifikan serta inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan. Direja (2004) meneliti mengenai pengaruh variabel makroekonomi terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) dari Mei 1998-Maret 2004 (secara triwulan), hasilnya menunjukkan tingkat suku bunga dan kurs US dolar berpengaruh negatif dan signifikan sedangkan inflasi tidak memiliki pengaruh secara signifikan.
Sakhowi (2004), diacu dalam Hadjiji (2008) menganalisis mengenai bagaimana pengaruh kurs rupiah terhadap US dolar, inflasi, dan tingkat suku bunga terhadap kinerja saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan model autoregresif, hasilnya kurs dan inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja saham sedangkan tingkat suku bunga riil tidak berpengaruh terhadap kinerja saham. Syaifuddin (2005) menganalisis mengenai pengaruh perubahan suku bunga, inflasi, dan kurs terhadap perubahan indeks harga saham gabungan dengan metode analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda dan hasilnya hanya kurs US dolar yang berpengaruh signifikan.
Hadjiji (2008) juga meneliti mengenai bagaimana pengaruh tingkat suku bunga Bank Indonesia, inflasi, dan kurs US dolar terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) dan hasil yang diperoleh adalah variabel kurs us dolar saja yang memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan sedangkan tingkat suku bunga Bank Indonesia dan inflasi walaupun memiliki pengaruh negatif terhadap indeks harga saham gabungan tetapi tidak signifikan.

I. Kerangka Pikir
Harga saham dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (fundamental mikro) dan faktor eksternal (fundamental makro). Faktor eksternal atau fundamental makro meliputi laju inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar terhadap mata uang asing (valuta asing) serta volume perdagangan saham.
Inflasi merupakan salah satu variabel makroekonomi yang menguntungkan dan sekaligus dapat merugikan. Laju inflasi yang tinggi merupakan kendala bagi peusahaan karena meningkatkan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi menyebabkan naiknya harga barang produksi sehingga mempengaruhi pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Hal ini mengakibatkan berkurangnya return yang diperoleh perusahaan. Perolehan return berdampak pada turunnya harga saham perusahaan di pasar modal.
Tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang di masyarakat atau di pasar uang. Perubahan tingkat suku bunga sangat mempengaruhi investor dalam melakukan investasi karena kenaikan atau penurunan harga saham tergantung dari tingkat suku bunga pada saat itu. Apabila suku bunga mengalami kenaikan maka harga saham akan turun dan begitu pula sebaliknya. Hal ini terjadi karena ketika suku bunga naik maka laba perusahaan akan terpotong sehingga mengakibatkan harga saham akan turun.
Nilai tukar rupiah dengan valuta asing akan mempengaruhi harga saham emiten. Nilai tukar rupiah mempengaruhi penjualan perusahaan terutama untuk perusahaan yang berorientasi pada bisnis ekspor serta perusahaan yang memperoleh bahan baku impor. Turunnya nilai tukar terhadap valuta asing berdampak berkurangnya laba perusahaan ekspor dan meningkatkan biaya produksi pada perusahaan impor sehingga mempengaruhi harga saham dan kinerja pasar modal.


Inflasi (X1)
H1



H2



H3


Suku Bunga (X2)
Harga Saham (Y)

Nilai Tukar (X3)
                                                                                   H4
 


Gambar 1.1
Diagram Skematis Kerangka Teoritis


J. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan pernyataan peneliti tentang hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian, serta merupakan pernyataan yang paling spesifik (Mudrajad Kuncoro : 2010). Berdasarkan paparan kerangka teoritis di atas disusun hipotesis sebagai berikut:
1.      H1 = Inflasi berpengaruh terhadap harga saham.
2.      H2 = Suku bunga berpengaruh terhadap harga saham.
3.      H3 = Nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap harga saham.
4.      H4 = Inflasi, suku bunga dan nilai tukar secara simultan berpengaruh terhadap harga saham.

K. Desain Penelitian
Desain penlitian merupakan rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil riset atau penelitian sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efisien dan efektif (Jogiyanto : 2010).
Dalam melakukan penelitian harus menentukan karakteristik-karakteristik dari riset yang dilakukan. Karakteristik - karakteristik penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Jenis Penelitian
Jenis dari penelitian ini adalah pengujian hipotesis yang bertujuan untuk untuk mengetahui kejelasan hubungan (kausal) dari variabel dependen (harga saham) dengan variabel independen (inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah).
2.      Pengendalian Variabel
Penelitian ini termasuk penelitian dengan pengendalian variabel desain ex post facto karena peneliti hanya melaporkan hal-hal sesuai dengan kenyataan yang terjadi.
3.      Dimensi Waktu
Dimensi waktu yang digunakan oleh penelitian ini menggunakan dimensi waktu panel data atau pooled data yang merupakan gabungan dari dua dimensi waktu yaitu cross section dan time series.
4.      Tujuan Penelitian
Tujuan penilitian ini adalah untuk mendapatkan generalisasi yang tinggi (studi statisktik) atas suatu kejadian.



5.      Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh secara tidak langsung dengan teknik pengumpulan data dokumentasi.
6.      Lingkungan Penelitian
Lingkungan penelitian ini adalah lingkungan noncontrived setting, yaitu lingkungan riil atau nyata (setting field). Lingkungan penelitian ini antara lain Bursa Efek Indonesia, Badan Pusat Statistik serta Bank Indonesia.
7.      Bentuk Model Empiris
Bentuk penelitian empiris penelitian ini adalah menggunakan model regresi karena penelitian ini hanya menggunakan satu variabel dependen. Sedangkan klasifikasi nilai data diklasifikasikan sebagai data metrik (metric). Data penelitian ini adalah data kuantitatif dengan tipe skala rasio. Adapun bentuk atau persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut:
Y1 = X1 + X2 + X3 + ..... + Xn
8.      Variabel Di Model Empiris
Variabel model empiris penelitian ini adalah model kausal yaitu untuk mengetahui kejelalasan hubungan antar variabel.
9.      Pengukuran
Menurut Jogiyanto pengukuran (measurement) adalah pemberian nilai properti dari suatu objek. Pengukuran memberikan nilai - nilai dari elemen atau variabel dengan menggunakan skala. Adapun variabel-variabel dalam penelitian adalah variabel dependen yaitu harga saham serta variabel independen yaitu inflasi, tingkat suku bunga serta nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
10.  Skala
Skala adalah suatu alat atau mekanisme yang dapat digunakan untuk membedakan individual-individual ke dalam variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian (Jogiyanto : 2010). Penelitian kausal ini menggunakan skala rasio. Skala rasio bernilai klasifikasi, order, distance (berjarak) dan memiliki nilai awal (origin).

L. Tempat dan Waktu Penelitian
Data dalam penelitian ini diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti Bursa Efek Indonesia (BEI), Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia dengan melalui media internet. Waktu pengambilan data penelitian ini selama 5 tahun yaitu pada tahun 2009 sampai tahun 2012.

M. Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2001).  Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif  yang go public  di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada  tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Alasan mengambil populasi perusahaan otomotif karena saham perusahaan tersebut aktif diperdagangkan serta liquid. Sedangkan perusahaan otomotif yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah PT. Astra International Tbk,.
Sampel adalah suatu himpunan bantuan (subset) dari unit populasi (Kuncoro, 2001). Pengambilan sampel penelitian ini dengan menggunakan desain sampel nonprobabilitas yaitu dengan metode purposive sampling (Judgement sampling). Purposive sampling merupakan metode penetapan sampel dengan kriteria-kriteria tertentu. Sedangkan judgement sampling adalah salah satu jenis teknik pengambilan sampel purposive sampling selain quota sampling di mana peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian terhadap beberapa karakeristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud penelitian.
Perusahaan yang menjadi sampel dalam populasi perusahaan otomotif yaitu PT. Astra International Tbk, yang sahamnya aktif diperjualbelikan serta saham tersebut liquid. Peneliti memilih sampel perusahaan tersebut karena telah memenuhi kriteria pengambilan keputusan terhadap populasi untuk menjadi sampel. Kriteria tersebut, antara lain:
a.       Perusahaan PT. Astra International Tbk,  terdaftar sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).
b.      Sahamnya aktif diperjual belikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2012 serta liquid.

N. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Varibel independen dalam penelitian ini antara lain inflasi, tingkat suku bunga serta nilai tukar rupiah.
Inflasi adalah tingkat kenaikan harga barang secara umum yang terjadi secara terus-menerus. Tingkat inflasi yang digunakan adalah tingkat inflasi yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang diambil secara bulanan.
Suku bunga dalam penelitian ini menggunakan suku bunga Bank Indonesia (SBI) dengan jangka waktu satu bulanan yang dikeluarkan dan dipublikasikan oleh Bank Indonesia.
Nilai tukar yang digunakan adalah nilai tukar rupiah terhadap US Dollar di Bank Indonesia secara periodik 1 bulanan. US Dollar digunakan dalam penelitian karena US Dollar menjadi acuan nilai tukar rupiah dan banyak digunakan sebagai alat transaksi dengan negara lain seperti digunakan untuk ekspor atau impor serta membayar hutang dan lain sebagainya.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel dependen menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan. Variabel  dependen dalam penelitian ini adalah harga saham perusahaan otomotif terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008 sampai tahun 2012. Harga saham perusahaan otomotif dalam penelitian ini adalah harga saham PT. Astra International Tbk,. Harga saham dihitung dari harga saham penutupan (closing price) pada setiap akhir bulan.


O. Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder kuantitatif yang berasal dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) serta Bank Indonesia selama periode tahun 2008 sampai 2012.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara dokumentasi dari berbagai macam sumber. Pengambilan data harga saham dilakukan di pojok BEI (www.idx.go.id), serta situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id) untuk data kurs, suku bunga, dan data inflasi diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS).

P. Instrumen Penelitian
1. Uji validitas
Validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya sebagai alat ukur. Pengukuran dikatakan valid apabila mampu mengukur tujuannya dengan nyata atau benar. Untuk menguji validitas data digunakan aplikasi SPSS 17 for windows. Dengan aplikasi ini data diolah kemudian dapat diperoleh kesimpulan dari hasil olahan data tersebut. Data dikatakan valid apabila memiliki r hasil dari data positif serta memiliki nilai yang lebih besar dari r tabel.
2. Uji Realibilitas
Realibilitas menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurannya. Realibilitas berhubungan dengan akurasi dan konsistensi pengukur. Suatu pengukur dapat dikatakan valid apabila dapat dipercaya. Oleh karena itu, pengukur dapat dipercaya apabila hasil pengukuran akurat dan konsisten. Untuk menguji realibilitas digunakan aplikasi SPPSS 17 for windows. Suatu data reliabel apabila memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6.

Q. Analisis Data
1. Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian pengujian hipotesis ini hipotesis alternatif diterima apabila memiliki tingkat signifikasi lebih kecil dari 0,01 karena menggunakan tingkat kepercayaan (confidence coefficient) 99%. Pengujiannya menggunakan nilai uji kritis dua sisi atau dua ekor (two tail). Dikareanakan dalam penelitian ini peneliti belum mengetahui dengan pasti arah dari hubungan antar variabel yang diteliti. Pengujian kausal ini menggunakan teknik pengujian pengaruh multivariat karena penelitian ini menggunakan banyak variabel independen (3 variabel independen).


























DAFTAR PUSTAKA

-                    http://www.idx.co.id
-                    http://www.bi.go.id
-                    http://www.bps.go.id
-                   Jogiyanto. (2013). Medologi Penelitian Bisnis. Edisi ke-6. Yogyakarta : BPFE.
-                   Mudrajad Kuncoro. (2010). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi : bagaimana meneliti dan menulis tesis ?. Jakarta : Erlangga.

-                  Jogiyanto. (2008). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta : BPFE.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar